Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Penyebab Suami Berdosa terhadap Istri - Hukum dan Syariat

Suami Berdosa Terhadap Istri: Dalil, Akibat & Solusinya | Ikhtiar Jodoh

Hal yang menyebabkan suami berdosa terhadap istri

oleh Biro Ikhtiar Jodoh

Dalam membina rumah tangga Islami, seringkali aspek dosa dan hak suami-istri dibahas dalam teori, tapi belum masuk ke hati dan amalan nyata. Artikel ini mengajak para suami (atau calon suami) untuk menyimak secara santai tapi serius: apa saja yang bisa membuat seorang suami berdosa terhadap istrinya—dengan dalil Qur’an & hadis—serta apa konsekuensi dan solusi agar rumah tangga menjadi sumber keberkahan, bukan sumber dosa.

1. Kenapa Topik Ini Penting?

Karena seringkali suami atau pasangan tidak menyadari bahwa hal-hal kecil bisa jadi dosa besar. Misalnya: menunda nafkah, ucapan kasar, atau menelantarkan perhatian. Jika tidak ditangani, dosa-dosa kecil ini bisa menumpuk dan merusak hubungan. Maka perlu ada “petunjuk” yang jelas berdasarkan sumber syar’i agar kita bisa introspeksi dan memperbaiki diri.

2. Prinsip Dasar Hubungan Suami Istri dalam Islam

وَالرِّجَالُ قَوَّامُونَ عَلَى النِّسَاءِ بِمَا فَضَّلَ اللَّهُ بَعْضَهُمْ عَلَى بَعْضٍ وَبِمَا أَنفَقُوا مِنْ أَمْوَالِهِمْ “Wa ar-rijālu qawwāmūna ʿalā an-nisā’i bimā faḍḷa Allāhu baʿḍahum ʿalā baʿḍin wa bimā anfaqū min amwālihimu.” “Kaum laki-laki adalah pemimpin bagi kaum wanita, karena Allah telah melebihkan sebagian mereka atas sebagian yang lain dan karena mereka telah menafkahkan sebagian dari harta mereka.”

Ayat ini (QS. An-Nisa: 34) sering dijadikan pijakan bahwa sebagai suami memiliki amanah kepemimpinan dan kewajiban menafkahi. Bila seorang suami lalai terhadap amanah ini, maka bisa jadi ia berdosa terhadap istri.

3. Hal-hal yang Membuat Suami Berdosa terhadap Istri (Berdasarkan Dalil & Ulama)

Berikut daftar perbuatan yang termasuk dosa bila dilakukan suami terhadap istri, lengkap dengan dalil dan pendapat ulama. Simak baik-baik 🙂

3.1 Tidak Menafkahi Istri (Nafkah Lahir & Batin)

وَالْوَٰلِدَاتُ يُرْضِعْنَ أَوْلَادَهُنَّ حَوْلَيْنِ كَامِلَيْنِ لِمَن أَرَادَ أَنْ يُتِمَّ الرَّضَاعَةَ ۚ وَعَلَى الْمَوْلُودِ لَهُۥ أَنْ يَطْعَمَهُ وَيُكْسُوهُ بِالْمَعْرُوفِ “Walwālidātu yurḍiʿna awlādahunna ḥawlayni kāmilayni liman arāda an yutimmar-raḍāʿata; wa ʿalā al-mawlūdi lahu an yaṭʿamahu wa yuk'sūhu bil-maʿrūf.” “Dan ibu-ibu hendaklah menyusukan (anak-anaknya) selama dua tahun penuh, bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara yang maʿrūf.”

Dari ayat ini (QS. Al-Baqarah: 233) juga tersirat bahwa suami berkewajiban memberi makan, pakaian, dan kebutuhan pokok dengan cara yang baik kepada keluarganya. Ada juga hadis:

وَلَهُنَّ عَلَيْكُمْ أَنْ تُطْعِمُوهُنَّ وَتُكْسُوهُنَّ بِالْمَعْرُوفِ “Walahunna ʿalaykum an tuṭʿimūhunna wa tuk'sūhunna bil-maʿrūf.” “Dan hak mereka (istri-istri) atas kalian adalah kalian memberi mereka nafkah dan pakaian dengan cara yang baik.”

— HR. Muslim

Bila suami sengaja tidak memberi nafkah meskipun dia mampu, maka itu termasuk dosa besar. Ulama seperti Ibnu Qudamah (dalam *Al-Mughni*) menyebut hal ini sebagai bentuk kezaliman jika dibiarkan terus menerus.

3.2 Menyakiti Istri (Fisik atau Verbal)

وَعَاشِرُوهُنَّ بِالْمَعْرُوفِ “Wa ʿāshirūhunna bil-maʿrūf.” “Dan bergaullah dengan mereka (istri-istri) secara maʿrūf.”

Ayat QS. An-Nisa: 19 menyerukan agar suami memperlakukan istri dengan baik. Nabi ﷺ menyebutkan:

خَيْرُكُمْ خَيْرُكُمْ لِأَهْلِهِ “Khayrukum khayrukum li ahlihi.” “Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap keluarganya.”

— HR. Tirmidzi

لَا يَضْرِبُ أَحَدُكُمْ امْرَأَتَهُ كَمَا يُضْرِبُ الْغُلامَ ثُمَّ يَضْجَعُهَا فِي لَيْلِهِ “Lā yaḍribu aḥadukum imra’atahu kamā yuḍribu al-ghulāma thumma yaḍjaʿuhā fī laylihi.” “Janganlah salah seorang di antara kalian memukul istrinya seperti memukul budak, kemudian menidurinya di malam hari.”

— HR. Bukhari & Muslim

Kekerasan fisik atau verbal terhadap istri adalah pelanggaran akhlak dan menjadi dosa besar menurut para ulama, karena merendahkan kehormatan dan melukai perasaan yang seharusnya dilindungi.

3.3 Tidak Adil jika Berpoligami

وَإِنْ خِفْتُمْ أَلَّا تُقْسِطُوا فِي الْيَتَامَى فَانكِحُوا مَا طَابَ لَكُم مِّنَ النِّسَاءِ مَثْنَىٰ وَثُلاَثَ وَرُبَاعَ “Wa in khiftum allā tuqsiṭū fī al-yatāmā fānkiḥū mā ṭāba lakum min an-nisā’i mathnā wa thulātha wa rubāʿa.” “Maka nikahlah wanita (lain) yang kamu senangi, dua, tiga, atau empat. Tetapi jika kamu khawatir tidak akan mampu berlaku adil, maka (nikahilah) seorang saja.”

Ayat QS. An-Nisa: 3 menegaskan bahwa poligami hanya sah jika suami **dapat berlaku adil**. Nabi ﷺ juga menegaskan:

مَنْ كَانَ لَهُ امْرَأَتَانِ فَمَالَ إِلَى إِحْدَاهُمَا “Man kāna lahu imra’atāni famāla ilā iḥdāhumā.” “Barang siapa mempunyai dua istri lalu ia condong kepada salah satunya (tidak adil) ...”

— HR. Abu Dawud & Tirmidzi

Jika suami memilih untuk poligami tapi tidak bisa adil dari segi nafkah, waktu, perhatian, maka Rasulullah memperingatkan bahwa kelak ia akan datang dalam kondisi “tubuh miring sebelah” pada hari kiamat.

3.4 Mengkhianati Istri (Zina, Bohong, Khianat Hati)

وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنَا ۖ إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلًا “Wa lā taqrabū az-zinā; innahu kāna fāḥishatan wa sawā’a sabīlā.” “Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah perbuatan keji dan jalan yang buruk.”

Ayat QS. Al-Isra: 32 mengingatkan agar tidak mendekati zina. Ketika seorang suami berselingkuh, berbohong, atau menjalin cinta gelap tanpa ikatan nikah yang sah, ia telah berdosa berat. Dalam hadis disebutkan:

إِنَّ مِنْ أُمِّنَةَ نَامَتْ فِي فِرَاشِ زَوْجِهَا بُغْضًا لَهُ، فِي بَيْتِ النَّبِيِّ ﷺ “Inna min Umīnah nāmat fī firāshi zawjihā bughdan lahū, fī bayt an-Nabī ﷺ.” “Ada wanita yang tidur di tempat tidur suaminya (di rumah Nabi) dalam keadaan hati membenci suaminya karena perlakuannya yang buruk.”

—keterangan hadist

Selingkuh atau penipuan terhadap perasaan istri = pengingkaran amanah dan dosa ganda: terhadap istri dan terhadap Allah.

3.5 Menelantarkan Hak Batin (Kebutuhan Intim Istri)

وَلَهُنَّ مِثْلُ الَّذِي عَلَيْهِنَّ بِالْمَعْرُوفِ “Walahunna mitslu alladhī ʿalayhinna bil-maʿrūf.” “Dan mereka (para wanita) mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang maʿrūf.”

Ayat QS. Al-Baqarah: 228 menyebutkan bahwa hak dan kewajiban antara suami dan istri harus seimbang secara maʿrūf. Ulama menyatakan: jika suami sengaja mengabaikan kebutuhan biologis istri tanpa alasan syar’i, maka ia berdosa dan istri berhak meminta.

3.6 Tidak Membimbing Istri dalam Agama

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا “Yā ayyuhā alladhīna āmanū qū a anfusakum wa ahlikum nāran.” “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka…”

QS. At-Tahrim: 6 menunjuk bahwa tanggung jawab utama seorang mukmin adalah menjaga dirinya dan keluarganya dari maksiat. Nabi ﷺ bersabda:

كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَمَّا رَعَى “Kullukum rāʿin wa kullukum mas’ūl ʿammā raʿā.” “Setiap kalian adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya.”

— HR. Bukhari & Muslim

Bila suami lalai dalam membimbing istrinya—mengenalkan dia pada agama, menasihati, ikut mendampingi dalam ibadah—maka suami ikut menanggung akibatnya.

3.7 Menyebarkan Aib atau Rahasia Istri

إِنَّ مِنْ أَشَدِّ النَّاسِ عَذَابًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ الزَّوْجُ يَوْمَ يُجَالِسُ امْرَأَتَهُ ثُمَّ يَنْشُرُ سِرَّهَا “Inna min asyaddin an-nās ʿadhāban yawma al-qiyāmah az-zawju yawma yujālisu imra’atahu thumma yanshur sirrahā.” “Sesungguhnya di antara manusia yang paling buruk kedudukannya di sisi Allah pada hari kiamat adalah suami yang berhubungan dengan istrinya kemudian menyebarkan rahasianya.”

— HR. Muslim

Membuka rahasia atau aib istri (terutama urusan ranjang atau kehidupan pribadi) ke orang lain adalah pelanggaran berat.

3.8 Menyuruh Istri Berbuat Maksiat

لَا طَاعَةَ لِمَخْلُوقٍ فِي مَعْصِيَةِ الْخَالِقِ “Lā ṭāʿa li makhlūqin fī maʿṣīati al-Khāliq.” “Tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam bermaksiat kepada Sang Pencipta.”

— HR. Ahmad

Bila suami menyuruh istrinya membuka aurat, meninggalkan shalat, atau melakukan sesuatu yang haram, maka suami berdosa besar karena menjadi penyebab kemaksiatan.

3.9 Menghina, Merendahkan atau Mencaci Istri

أَكْمَلُ الْمُؤْمِنِينَ إِيمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا ۚ وَخِيْرُكُمْ خِيْرُكُمْ لِأَهْلِهِ “Akmalu al-mu’minīna īmānan aḥsanuhum khuluqan; wa khayrukum khayrukum li ahlihi.” “Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya, dan yang paling baik di antara kalian adalah yang paling baik terhadap istrinya.”

— HR. Tirmidzi

Menghina, memaki, merendahkan istri—apalagi di depan umum—adalah menunjukkan lemahnya iman dan merupakan dosa yang merusak keharmonisan rumah tangga.

4. Akibat Bagi Suami yang Zalim terhadap Istri

Perbuatan dosa terhadap istri bukan sekadar “masalah rumah tangga”, tapi memiliki dampak nyata baik di dunia maupun di akhirat:

  • Di dunia: rumah tangga merasa hampa, istri merasa sakit hati, keberkahan rezeki bisa menyempit, hubungan bisa retak atau bahkan berakhir.
  • Di akhirat: suami akan dimintai pertanggungjawaban lebih berat. Nabi ﷺ bersabda:
    إِنَّ الظُّلْمَ لَوْ يُوشَكَ أَنْ يَكُونَ ظُلْمَةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ
    “Inna aẓ-ẓulma law yūshaka an yakūna ẓulmatan yawma al-qiyāmah.”
    “Sesungguhnya kezaliman akan segera menjadi kegelapan (pada hari kiamat).”

    — HR. Bukhari & Muslim

5. Solusi agar Suami Terhindar dari Dosa terhadap Istri

Bagaimana agar kita (suami atau calon suami) tidak jatuh dalam dosa yang menyakiti hati istri? Berikut langkah-langkah praktis yang bisa diterapkan:

  1. Instrospeksi & sadar diri. Mulailah dari hati, akui kesalahan, jangan diberi pembenaran “ah itu kecil saja.”
  2. Komunikasi terbuka. Sering diskusi tentang kebutuhan, harapan, dan keluhan jeda dalam rumah tangga.
  3. Menunaikan hak nafkah lahir dan batin. Bila ada kendala keuangan, komunikasikan dengan baik dan cari solusi bersama.
  4. Bersikap lembut & sabar. Hindari ucapan kasar, makian, atau kekerasan fisik; gunakan kelembutan sebagai cara dakwah pribadi.
  5. Bimbing istri dalam agama. Ajak bersama kajian, shalat berjamaah, diskusikan ayat/hadis -- jangan biarkan istri jauh dari Allah.
  6. Tutup aib dan rahasia rumah tangga. Jangan jadikan rumah tangga sebagai konsumsi publik.
  7. Belajar adil bila poligami. Jika terpaksa memilih lebih dari satu istri, pastikan kemampuan adil dalam segala aspek.
  8. Meminta maaf & taubat nasuha. Bila terlanjur menyakiti, mohon dengan tulus, selesaikan konflik, dan jaga komitmen untuk berubah.

6. Kesimpulan & Pesan untuk Pembaca

Suami bukan pemilik istri, melainkan pemimpin dan pelindung. Tanggung jawabnya sangat besar — dan kelalaiannya bisa membawa dosa. Artikel ini telah menyajikan dalil Qur’an & Hadis lengkap, beserta pandangan ulama, agar kita punya referensi yang kuat. Tapi yang paling penting: implementasi. Pengetahuan tanpa amalan tak akan menyelamatkan siapa pun.

Jika kamu sedang membina rumah tangga atau bersiap menikah, semoga artikel ini menjadi pengingat dan panduan agar rumah tangga kalian diliputi rahmat, dan jauh dari luka hati karena kelalaian.

Semoga bermanfaat bagi pembaca Biro Ikhtiar Jodoh. Bila kamu suka artikel ini, silakan share ke media sosial agar lebih banyak suami & calon suami yang tercerahkan 🌿

© 2025 Biro Ikhtiar Jodoh


#SuamiIstri #RumahTanggaIslami #AkhlakSuami #HakIstri #CintaDalamIslam #DosaSuami #BiroIkhtiarJodoh

Posting Komentar untuk "Penyebab Suami Berdosa terhadap Istri - Hukum dan Syariat"